Oleh : UMI LAILA S.Ag. M.Pd.I
(Ketua PC. FATAYAT Kab.Pringsewu)
“ .......Ia tak pernah mengeluh meskipun dahi penuh dengan
peluh, ia tak pernah bosan meskipun kita selalu menjengkelkan, ia tak pernah
meminta meskipun ada keperluan........”
Pengorbanan seorang ibu tidak mungkin dinilai dengan uang
maupun harta benda, kesulitan semasa hamil, kesakitan tatkala melahirkan,
kesabaran ketika mengasuh dan mendidik, semua dihadapi dengan penuh
tanggungjawab kepada Ilahi.Tidak ada keluh kesah, tidak ada penyesalan. Belaian
kasih sayang ibu tak pernah luntur, tak pernah padam. Ia tak pernah mengeluh
meskipun dahi penuh dengan peluh, ia tak pernah bosan meskipun kita selalu
menjengkelkan, ia tak pernah meminta meskipun ada keperluan. Yang ada dimatanya
adalah kita, ia tak akan makan sebelum kita kenyang, ia tak pernah tidur
sebelum kita nyenyak. Jiwa raganya dipertaruhkan untuk kita, agar kita dapat
tersenyum diantara senyum teman-temannya.
Semua
keringat, semua air mata yang menetes darinya semata-mata untuk kita, ia yang
membuat kita melihat dunia ini, ia yang merawat kita hingga dapat mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk. Ia yang senantiasa menengadahkan tangan
setiap saat berdoa mohon agar kita sehat, kuat, sukses, berhasil cita-citanya,
di mudahkan segala urusannya, terhindar dari bahaya. Permohonan dan doa ibu
tiada habis dalam perbendaharaan kata
seiring dipenghujung usianya.
Lihatlah ia
ketika sedang tidur.., sebuah wajah dengan ekspresi yang paling jujur dan lugu,
jauh dari kepura-puraan, jauh dari rasa iri, dengki, jauh dari sandiwara dunia
yang penuh kemunafikan.
Peganglah
tangan yang dulu lembut saat menyuapi kita, tangan yang halus selalu kita cium
ketika berangkat sekolah, tangan yang kekar saat menggendong kita, kini semakin
keriput dan kasar karena tempaan hidup yang keras. Tangan lembut itulah yang
setiap saat mengurusi kebutuhan kita.Tangan halus itulah yang selalu membelai
kita.
Tengoklah
wajah yang dulu cantik, segar, halus dan selalu kita lihat saat menyusui, kini semakin layu, semakin sayu , semakin
kering dimakan usia, guratan keriput di pipi dan dahinya menggambarkan betapa
letih dan lelah perjalanan panjang dalam mengasuh putra-putrinya tanpa mengenal
lelah. Betapa sebuah perjalanan suci telah ia tapaki mengarungi bahtera yang
penuh dengan gelombang dan karang yang terjal penuh onak dan duri di kanan kiri
ranjau menanti. Semua telah ia lalui dengan ketabahan hati tanpa pamrih tanpa
mengharap apa-apa.
Jika ibu
masih hidup, luangkanlah waktu untuk bersamanya, berbaktilah kepadanya, berikan
kasih sayang untuknya, berilah senyum terindah yang tulus, setulus ibu
mengasihi anak-anaknya. Berikan segala kasih sayang dan rasa hormat kita secara
istimewa pada ibu. Jangan sekali-kali menyaikiti hati ibu kita, karena orang
yang durhaka kepadanya akan dibalas oleh Allah tidak hanya nanti di akherat
tetapi juga balasan Allah akan menimpanya semasa hidup sebelum kita
meninggal.
Ya ..Allah
..jangan engkau cabut nyawaku dan nyawa ibuku sebelum aku dapat membalas
jasa-jasa yang telah mereka perbuat untukku. Aku ingin melihat ia tersenyum,
aku ingin melihat ia bahagia di penghujung usianya, aku ingin berbakti
kepadanya, dan aku ingin membahagiakannya.
Jika ibu
sudah diambil yang kuasa, berikan doa kepadanya, karena doa anak laksana pahala
yang terus mengalir tiada henti pada orang tuanya. Doa anak tiada penghalang
dan hijab diantara hamba danTuhannya. Doa anak senantiasa di nanti oleh ibu
bagaikan kita menanti hidangan makan dari masakan ibu 3 kali dalam setiap
harinya.
Ya
Allah..aku mohon kepada-Mu ampuni ibuku.. sayangi ia…sebagaimana ia mengasihi
dan menyayangi aku diwaktu aku masih kecil.
Ibu..kau
bagaikan matahari yang tak pernah lelah menghangatkan bumi, kau juga laksana bulan yang selalu memantulkan
cahaya cinta dalam pekatnya malam, engkau laksana air dalam kehidupan ini. Dan
engkau adalah angin pengobat hati.
Ibuku.. Aku sangat mengagumimu.
Ibuku… Kau adalah Pahlawanku….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar