SELAMAT DATANG DI LTN NU (Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama) KABUPATEN PRINGSEWU

Jumat, 23 November 2012

DR. KH. Khairuddin Tahmid, MH “ Sosok Penggerak NU yang Populis ”




            Tokoh yang menjadi profil dalam Bulletin Aswaja terbitan kali ini adalah  Khairuddin Tahmid. Nama asli sejak kecil pemberian dari kedua orang tuanya, Khairuddin, singkat saja, tidak ada embel-embel lain, baik di depan maupun dibelakangnya. Di lahirkan di Sidodadi, Belitang, Oku Timur Sumatera Selatan, pada menjelang subuh, Jum'at Wage, 22 Desember 1962. Ayahnya bernama Muhammad Tahmid, sedang ibunya bernama Rihanah. Kedua orang tuanya, asli ngapak, berasal dari kota kecil, Bumiayu, Kabupaten Brebes Jawa Tengah.
      
      Masa kecilnya, Khairuddin dibesarkan oleh kedua orang tuanya di lingkungan keluarga yang sangat kental dengan kegiatan keagamaan. Muhammad Tahmid, ayahnya sebagai guru madrasah dan pernah menjabat sebagai Ketua tanfidziyah NU Ranting Desa Sidodadi Kecamatan Belitang. Sementara kakeknya, K. Abdurrahim bin H. Abdul Manaf pernah menjabat Rois Syuriyah MWC NU Kecamatan Belitang.  Maka, wajar kalau Khairuddin sejak kecil sudah diperkenalkan  asam garam kehidupan ke-NU-an dan kemudian membekas menjadi darah dan dagingnya dalam setiap langkah dan pengabdiannya.
            Sementara, jalur pendidikan formal yang ditempuh, sejak awal sekolah hingga tingkat menengah atas, dan jenjang pendidikan S1, juga masih kental dengan nuansa keagamaan, diantaranya pernah menamatkan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, semuanya diselesaikan di kampung halamannya, di Belitang. Gelar Sarjana S1 diperolehnya dari Fakultas Syari'ah IAIN Raden Intan Lampung, jurusan Peradilan Agama pada tahun 1989. Baru pada jenjang pendidikan berikutnya, S2 dan S3 arahnya mulai agak bergeser pada kajian-kajian ketatanegaraan. Pada tahun 2004, Khairuddin Tahmid berhasil menyelesaikan pendidikan Program S2 di Universitas Lampung, mengambil jurusan Hukum Tata Negara dan pada tahun 2011 lalu kembali berhasil menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, mengambil spesialisasi Hukum Tata Negara, khususnya yang berkaitan dengan politik hukum atau siyasah syar'iyyah.
            Khairuddin, sejak kecil memang dikenal sebagai orang podium. Khairuddin kecil sudah pandai halo-halo atau berpidato dihadapan orang banyak sejak berusia masih 8 tahun, semasa masih duduk dikelas 4 Madrasah Ibtidiyah. Sejak usia 8 tahun ini, kesempatan untuk latihan berpidato dilakukan terutama pada kegiatan sebelum acara resmi yang dilakukan oleh desa.  Diantaranya pada kegiatan lailatul ijtima' NU, kegiatan selapanan Muslimat NU maupun kegiatan pengajian rutinan lainnya. Disamping ia pandai berceramah, juga pandai melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an, beberapa jenis qiroatul qur'an diketahuinya dengan baik. Saat tim Buletin Aswaja mewawancarai beberapa waktu lalu di kediamannya, sempat diceritakan dan diperlihatkan sambil tertawa kecil, beberapa piagam penghargaan, prestasi Khairuddin waktu kecil, yang pernah menjadi juara MTQ golongan anak-anak, dan dua kali menjadi juara MTQ golongan remaja tingkat Kabupaten Ogan Komering Ulu. 

Kiprah dan Pengalaman Berorganisasi
            Sejak tahun 1982, atau tepatnya sejak hijrah ke Bandar Lampung dalam rangka melanjutkan studi, nama Khairuddin mulai diembel-embeli pada nama belakangnya dengan tambahan Tahmid, yang tidak lain adalah nama ayahnya sendiri. Penambahan nama ini hanya pada sebutan saja, sedang nama yang tertera dalam ijazah dan identitas formal lainnya tetap Khairuddin saja. Mungkin, salah  satu berkah dari tambahan nama orang tua inilah, yang menyebabkan orang semakin mudah mengenal nama Khairuddin Tahmid dan dengan mudah pula untuk membedakannya dengan Khairuddin lainnya.
            Baru satu tahun kuliah di Fakultas Syari'ah IAIN Raden Intan Lampung, tahun 1983, ia sudah dipercaya untuk memimpin organisasi ekstra kampus, menjadi Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di IAIN Raden Intan. Perjalanan selanjutnya, pada tahun 1985-1986 di percaya menjadi  Sekretaris Umum PMII Cabang Lampung. Untuk sekedar diketahui saja, bahwa Pergerakanan Mahasiswa Islam Indonesia kemudian disingkat menjadi PMII adalah organisasi mahasiswa yang berafiliasi kepada perjuangan NU. Saking dekatnya hubungan NU dan PMII, dalam sejarah dicatat bahwa berdirinya PMII itu merupakan amanat Konferensi Besar IPNU di Kaliurang, Yogyakarta, pada 14 - 17 Maret 1960.  Atas dasar amanat itu, dilakukan berbagai persiapan, yang pada akhirnya pada tanggal 17 April 1960 dilakukan deklarasi berdirinya PMII secara resmi. Disamping pernah aktif di PMII sebagai organisasi yang memiliki hubungan secara historis dan ideologis dengan NU, pernah aktif juga di Gerakan Pemuda Ansor, dengan menjadi Sekretaris Umum GP. Ansor Lampung periode 1987-1992, kemudian pernah juga menjadi Sekretaris Wilayah PWNU Lampung mendampingi Kepemimpinan KH. Khusnan Musthafa Ghufron (Alm) masa khidmad 1997-2002. Pada periode berikutnya pernah menjadi Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung masa khidmah 2002-2007, dan terus masih berkhidmah di NU sampai dengan periode 2007-2012 menjadi Katib Syuriyah PWNU Lampung.
            Kiprah dan perjalanan hidupnya, sejak kanak-kanak hingga usia dewasa dan bahkan sampai dengan kini, masih terus aktif dan peduli terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama menunjukkan loyalitas dan dedikasi yang luar biasa terhadap NU khususnya di Provinsi Lampung.


Sosok Penggerak NU yang Populis  
            Khairuddin Tahmid adalah salah seorang dari sekian banyak tokoh NU di Provinsi Lampung yang selalu mewarnai pemikiran, khidmah dan pengabdiannya di lingkungan jamiyyah Nahdlatul Ulama. Penampilannya bersahaja, malah lebih cendrung hampir terlihat sebagaimana kebiasaaan gaya hidup orang NU pada umumnya. Tidak ada ciri-ciri menonjol, yang menunjukkan bahwa beliau sebagai tokoh sentral yang populer (masyhur) dan populis (merakyat, sering turun kebawah untuk menemui warga NU dan masyarakat), dikenal luas tidak hanya dalam lingkungan NU, tetapi juga dikenal dekat dengan berbagai kalangan, baik kalangan totoh-tokoh ulama, pejabat pemerintah Provinsi, pejabat pemerintah Kota/Kabupaten Se-Provinsi Lampung, tokoh-tokoh lintas agama, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh adat, budayawan, aktivis NGO, kalangan media, kalangan intektual dan kalangan lainnya.
            Walau dengan berbagai kalangan dikenal dekat, dan ditambah dengan lingkungan pekerjaan sehari-harinya sebagai dosen atau pengajar di program S1, S2 dan S3 di IAIN Raden Intan Lampung dan juga mengajar di STIT Pringsewu, tetapi beliau tetap memiliki corak kehidupan yang tidak berubah, sederhana, dan tetap penuh dengan pernak-pernik kejenakaan (lucu).
            Talenta kepribadiannya secara umum sulit untuk dibedakan dengan warga NU lainnya, seperti kesederhanaannya dalam kehidupan sehari-hari, cara berpakaiannya yang cendrung didominasi oleh pakaian batik  dan baju koko yang terkesan biasa-biasa saja. Tetapi yang selalu berbeda dari yang lain adalah pada keuletan kiprahnya dari waktu ke waktu dalam berkhidmah, seolah tak kenal lelah. Kesediaannya untuk selalu berada ditengah-tengah komunitas NU yang beragam dengan suka cita terus ia lakukan. Bahkan, yang terlihat agak menonjol adalah kepiawiaannya dalam mensinergikan untuk mempertahankan prinsip yang lama yang baik, tetapi dalam saat yang sama dapat memformulasi ide-ide baru yang dulu belum dikenal dan sekarang baru muncul untuk diterima serta dipasarkan selama tidak bertentangan dengan ruh perjuangan Islam.
            Ide dan gagasannya yang masih terngiang dalam ingatan kita, warga NU, adalah mengenai revitalisasi penguatan institusi lokal dengan program ranting sehat yang pernah dicetuskannya. Sejatinya ide itu, sampai sekarangpun masih relevan untuk direspon dan diimplementasikan. Lebih-lebih dalam saat dan situasi NU memerlukan benteng dan pertahanan yang kuat untuk menghadapi serangan idiologi radikal, liberal dan ideologi-ideologi lain yang selalu menyerang paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Terbangunnya struktur NU pada tingkat ranting di desa dan kelurahan di seluruh Lampung mutlak menjadi kebutuhan utama. Bila infra-struktur NU pada level terbawah sudah merata tertata, maka dengan sendirinya akan mampu mendorong bangunan infra-struktur pada level di atasnya. Wal hasil, yang akan diperoleh bukan hanya NU secara organisatoris akan tumbuh dan berkembang dengan sehat, tetapi juga yang jauh lebih utama adalah terbentenginya paham keagamaan ahlus sunnah wal jamaan dari serangan paham lain, karena tubuh NU kultural dan NU struktural dapat tertata dengan sehat dan dinamis. Mimpi, NU punya lembaga pendidikan unggulan dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi, punya Balai Pengobatan, rumah bersalin, rumah sakit, lembaga-lembaga keuangan, BMT, syirkah mu'awanah, BPRS, balai-balai keterampilan, lembaga-lembaga kajian strategis dan pemikiran-pemikiran maju lain yang sesuai dengan tuntutan zaman dapat menjadi kenyataan. Pada akhir tim Bulletin Aswaja silaturrahmi dan wawancara dengan Sang Penggerak NU populis ini, masih sempat berseloroh: "Wah…., kita masih punya waktu, karena besok matahari masih akan terbit. Songsong masa depan, harapan dan keyakinan. Jangan sampai menjemput masa depan kelebihan semangatnya dari pada kemampuannya."   (*)      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar