SELAMAT DATANG DI LTN NU (Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama) KABUPATEN PRINGSEWU

Jumat, 09 November 2012

APA YANG TERJADI SETELAH PULANG HAJI ?


Oleh : H. Taufiqurrahim, S.Ag
Wakil Ketua PCNU Pringsewu
 
“DIMEKAH TIDAK PAKE BISMILAH DAN QUNUT  SUBUH KOK…" Ucapan ini pernah kita dengar dari saudara kita sepulang haji. Tentunya sangat menggugah hati para Ustadz, Kyai dan Ulama yang mendengar untuk lebih detail menerangkan kepada para Hujjaj (para jamaah haji) agar tidak merobah Akidah yang selama ini telah menjadi kebiasaanya di tanah air, yaitu amaliyah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah (ASWAJA).

    Ada kejadian menarik di Pagelaran dan cerita ini terjadi sungguhan (demi Privatisasi tidak disebut nama dan Alamat Pekon/Desa), ada orang tua sepulang Haji diminta oleh Jama'ah meng-Imami sholat Maghrib. Jama'ah mengharap Barokah doa karena ia baru pulang dari Haji. Betapa terkejut jama'ah karena dalam Bacaan Al Fatehah pak Haji tidak lagi membaca Bismillahirrahmaanirrahiem.. lalu jama'ah menanyakan mengapa tidak baca Basmalah, lalu jawaban sederhana pak Haji karena di Arab selama Sholat Imam tidak membaca Basmalah, langsung Alhamdulillahi Robbil 'Alamien dst..  kemudian atas jawaban pak Haji, Jamaah memutuskan bahwa pak Haji sudah berubah 'haluan' dan diputuskan saat itupun pak Haji tidak diperkenankan dan tidak diberi kesempatan untuk menjadi Imam di masjid tersebut.

    Ini merupakan fenomena yang berkembang di masyarakat di sekitar kita  yang sering menjadi pertanyaan bahkan perdebatan bagi mereka yang merasa sudah pernah  naik haji, dengan si awam yang selama ini beramal ASWAJA dengan mantap tak tergoyahkan. Si awam Dalam hatinya juga semakin mantap karena melihat pak Kiyai, Pak Ustadz, dan Para Ulama terdahulu (para Wali Songo) yang Ahli Agama yang juga mereka pernah pergi Haji dan tidak hanya sekali hajinya, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang puluhan tahun menimba Ilmu belajar di Ummul Quro Mekkah,  atau mereka dulu bermukim lama di sana, namun masih Pake Basmalah dalam Sholat, masih Pake Qunut Subuh, Yasinan, Tahlilan, Sholawatan, Puji-pujian, ziarah kubur, Marhabanan dan amaliyah ASWAJA lainya.
     Mengapa sering terjadi perbedaan 'amal' dalam Furu'iyah (cabang - cabang amal) bagi para Jama'ah Haji yang baru saja pulang dan ada sebagian yang terpengaruh iapun menganggap amal yang selama ini dilakukan tidak benar bahkan sesat.
    Berangkat dari Pengalaman penulis yang dirasakan saat penulis berangkat Haji tahun 2009 , memang sangat gencar Pemerintah Saudi Arabiya dalam mengkampanyekan 'Madzhab Wahaby' kepada Jama'ah Haji. Baik di lakukan saat di Pemondokan, di Masjid-masjid di sekitar Maktab, dan ketika pulang dengan membagikan Brosur berbahasa Indonesia yang isinya menghujat amalan ASWAJA. Pemerintah Saudi melalui Ulama' yang ada sangat agressif 'memerangi' jama'ah khususnya dari Indonesia yang dianggap selama ini  banyak melakukan amal SYIRIK, BID'AH dan bahkan tak segan mengatakan KAFIR. Melalui media Pengajian setelah Sholat Maghrib, Sholat Isya' dan Subuh selalu dilakukan Taushiyah yang di lakukan oleh Ulama Wahabi dengan Penerjemah para Mahasiswa Indonesia yang lancar berbahasa Arab. Penulis menilai yang di bidik adalah amaliyah ASWAJA yang berada di Indonesia. Karena selama mengikuti Jama'ah sholat ketika di Masjid-masjid sekitar maktab dan saat tidak sholat di Masjidil Haram, meskipun Jama'ah yang kumpul banyak dari Negara Turky, Pakistan dan Indonesia tentunya, namun Penerjemah yang di Pakai selalu berbahasa Indonesia.
    Jawaban atas pertanyaan mengapa ada yang sampai pindah faham dari jama'ah  haji yang baru pulang ke tanah air, adalah  dahsyatnya pengaruh kampanye anti ASWAJA yang dilakukan oleh Pemerintah Arab Saudi  yang berfaham Wahabi. Sehingga dalam kurun waktu 40 hari berhaji berpotensi dapat merubah faham ASWAJA.
    Ketua PBNU Said Aqil Siradj dalam sebuah seminar berjudul "Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren "  beliau mengingatkan kepada warga Nahdliyin agar menjaga putra putri agar jauh dari ajaran Wahabi, karena Wahabi atau salafi itu gerakan Radikal dan satu Grade lagi mereka itu menjadi Teroris. Ajaran wahabi yang berasal dari Arab Saudi tidak cocok diterapkan di Indonesia dan harus di waspadai.  Karena dalam perkembangannya Wahabi atau Salafi itu cenderung mengarah gerakan radikal. Said Aqil  mengatakan, Wahabi memang bukan teroris, namun ajaran-ajaran yg disampaikan menganggap ajaran lain tak benar sehingga harus ditentang dan mereka mengatasnamakan Islam. "Wahabi selalu mengatasnamakan Islam dlm doktrin atau ajaran yg dilakukan, namun tindakannya kadang tak islami. Mereka sering menganggap umat lain menjalankan tradisi bid'ah yg tak diajarkan agama seperti ziarah kubur, baca tahlil, sholawat, sehingga ajaran itu harus diperangi,"
    Wahabi yang berkembang di Indonesia berasal dari Arab Saudi. Tujuan mereka ingin mengajarkan pemurnian Islam versi mereka, sementara ajaran lain dianggap tidak benar dan harus diperangi. Ciri khas gerakan Islam ekstrim, masih menurut Agil Siradj, adalah "orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif." Muslim radikal muncul sejak awal Islam. Yakni, sejak era para Sahabat. Saat itu, kelompok radikal dikenal dengan sebutan kaum khawarij.
    Adalah khalifah ke-3 Utsman bin Affan sendiri yang menjadi korban pertama keganasan gerakan ekstrim ini. Beliau terbunuh pada tahun ke-35 hijriah. Peristiwa ini kemudian terulang pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib yang juga terbunuh oleh kalangan ekstrem dari umat Islam. Komunitas ekstrem tersebut, sungguh pun pada mulanya bernuansa politik, tetapi perkembangan selanjutnya dirajut dalam sebuah ideologi yang dikenal dengan faham Khawarij.
    Nama gerakan yang bernama Khawarij saat ini sudah tidak ada. Akan tetapi gerakan Islam yang mirip dengan gerakan Khawarij saat ini tidak saja eksis, tapi juga sedang giat-giatnya mengampanyekan ideologinya melalui berbagai sarana yang tersedia. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa Khawarij abad ke-21 ini menjelma dalam gerakan yang dikenal dengan Wahabi / Salafi.
Gerakan Wahabi / Salafi yang ada di Indonesia disalurkan melalui Media Ibadah Haji, Para Pelajar Beasiswa yang telah kembali ke Tanah Air, dan melalui Kampus-kampus di Perguruan Tinggi, serta Pondok Pesantren Salafy yang menjadi agen wahabi di Indonesia. Objek dan Sasaran  dakwah khususnya pada generasi muda yang haus akan Ilmu Agama dan sangat labil dalam Akidah. Dengan demikian mereka sangat mudah menerima, cepat menyesuaikan diri dan doktrin yang mengena akan sulit untuk dilepas.
    Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid'ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
    Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
    Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang shalih dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid'ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid'ah" Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa'ud.
    Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi'i yang sudah mapan.
    Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang berada di Ma'la (Mekkah), di Baqi' dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam.  Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan. Salah satu yang protes keras atas perlakuan Wahabi di Mekah dan Madinah adalah Ulama Pesantren di Indonesia (Ulama NU) yang kala itu minta agar makam Rosul tidak di Bongkar, dan kebebasan bermadzhab beribadah di Mekah (karena saat itu akan di Paksakan hanya paham Wahabi saja yang boleh di terapkan).
    Selain membunuh masyarakat sipil, tentara wahabi juga melakukan pembakaran terhadap perpustakaan-perpustakaan Islam. Di antara kasus pembakaran buku-buku yang paling fenomenal adalah pembakaran buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Arab  (Maktabah Arabiyah) di Makkah al-Mukarramah. Perpustakaan ini termasuk perpustakaan yang paling berharga dan paling bernilai historis. Bagaimana tidak, sedikitnya ada 60.000 buku-buku langka dan sekitar 40.000 masih berupa manuskrip yang sebagiannya adalah hasil diktean dari Nabi Muhammad kepada para sahabatnya, sebagian lagi dari Khulafaur Rasyidin, dan para sahabat Nabi yang lainnya. Semua buku-buku tersebut dibumi-hanguskan oleh para tentara wahabi.
    Wahabi dengan gerakan "tajdid"-nya dianggap melukai banyak kalangan Muslimin. Gerakan pembaharuan yang memberantas seluruh TBC (Takhayul, Bid'ah dan Kurafat) menuai gelombang protes di hampir seluruh dunia Islam. Bahkan kelahiran NU sebagai ormas keagamaan di Indonesia tak lepas dari unsur protes terhadap gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Wahabi.
Wallahul Muwaffiq.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar