SELAMAT DATANG DI LTN NU (Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama) KABUPATEN PRINGSEWU

Sabtu, 14 April 2012

Mengharap Barokah dan Manfaat

Abdul Rohim
(Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu)

‘Semoga kita mendapatkan barokah ilmunya dan semoga ilmu kita bermanfaat ‘,Kalimat tersebut bagi yang pernah ‘mesantren’ merupakan kalimat yang tidak asing lagi. Lain halnya bagi pelajar umum mungkin sesuatu yang jarang didengar bahkan mungkin ada yang tidak tau sama sekali.yang jelas, Dalam pesantren dua kata  yaitu barokah dan manfaat merupakan sesuatu yang sangat diharapkan yang seringkali diucapkan dalam setiap acara-acara santri, ketika belajar ataupun lainnya.
Kata yang pertama adalah ‘barokah’. Untuk memahami kata ini, biasanya ustadz saya dulu menganalogikan dengan kata ‘berkat’ . Berkat  adalah bingkisan yang merupakan sebuah budaya masyarakat yang apabila setelah selesai acara yasinan, tahlilan ataupun syukuran biasanya tuan rumah memberikan brengkes yang berisi nasi, lauk pauk dan kue. Nah brengkes inilah yang dinamakan berkat. Biasanya berkat ini ketika di pondok kita makan bersama-sama,Walaupun sedikit  berkat tersebut ternyata cukup juga dan santri bisa ikut makan bersama. Karena brengkes inilah santri yang tadinya lapar  menjadi  terganjal isi perutnya ataupun yang tidak ikut acara tersebut  bisa ikut menikmati  makan, dari sini bisa dikatakan bahwa brengkes ini telah memberikan  ‘berkah’ atau kebaikan pada mereka yaitu menghilangkan rasa lapar.
            Kemudian sebenarnya apa barokah itu? para ulama mengartikan barokah yaitu kebaikan yang banyak lagi tetap asal katanya yaitu al-birkah yang artinya kolam air. Sebagai mana kita ketahui kolam air adalah tempat berkumpulnya air dalam tempat yang luas serta tetap. Menurut Imam Syamsuddin  al- Sakhawi, barakah adalah: ‘annamuwwu wa ziyadatu minalkhoir walkaromah’ yaitu barakah adalah berkembang dan bertambahnya kebaikan dan kemuliaan.Dari sini dapat didefinisikan bahwa barokah adalah kebaikan yang selalu berkembang dan bertambah dan tidak pernah surut.
            Kita sering mendengar perkataan ‘hartanya tidak barokah’ yang berarti hartanya tidak memberikan kebaikan kepadanya walaupun hartanya nya sangat banyak malah membuatnya merasa miskin, tidak nyaman, selalu membuat susah dan habis tanpa ada manfaat sedangkan harta yang barokah adalah walaupun sedikit namun memberikan ketentraman bagi yang memiliki,berguna untuk kemaslahatan orang banyak,.Kalau ilmunya tidak barokah berarti walau alloh swt memberikan kelebihan berupa ilmu yang banyak akan tetapi tidak memberikan kemanfaatan sama sekali padanya, tidak ada perubahan ahlak, hablumminallohnya kurang, tidak akur dengan sesama dan lain sebagainya. sedangkan dikatakan ilmu yang barokah adalah ilmu nya walaupun sedikit tetapi berpengaruh pada perubahan ahlaknya, taat beribadah, berlaku baik dengan sesama, dan ilmunya memberikan kemaslahatan bagi orang banyak.
            Kata yang kedua adalah ‘ilmu yang bermanfaat’ yaitu ilmu yang dapat memberikan kebaikan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. jadi ilmu kita dikatakan bermanfaat apabila dengan ilmu yang kita miliki kita bisa lebih baik, lebih rajin beribadah kepada allah, istiqomah mengamalkannya, dan bisa mendatangkan kemaslahatan bagi orang lain. Nabi Muhammad saw dalam sabdanya mengibaratkan ilmu yang bermanfaat itu ibarat tanah yang subur yang dapat memberi manfaat bagi dirinya dan dapat menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak artinya dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
            Kembali pada pembahasan awal ungkapan ’semoga kita mendapatkan barokah ilmunya dan semoga ilmu kita bermanfaat’ berarti kita berharap kepada alloh swt dengan ilmu yang diberikan guru kita memberikan kebaikan yang bertambah-tambah dan langgeng kepada kita serta berguna untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan orang lain.
            Namun terkadang kita salah menafsirkan tentang kata barokah ini,pemaknaan mengharap barokah ilmunya guru diartikan sebagai perbuatan yang sifat nya statis artinya tanpa belajar atau tanpa mengikuti proses pembelajaran yang penting melayani dan mengabdi kepada guru akan mendapatkan ilmu yang sama seperti yang dimiliki guru. ini tentu tidak logis, mana mungkin santri/pelajar yang tidak pernah mempelajari ilmu hadis ujug-ujug bisa ahli dalam ilmu hadis tentu ini bertentangan dengan sunatulloh (Hukum alam). Nah mungkin ini yang perlu kita luruskan. jangan sampai salah mengartikan bahwa demi mengejar ‘barokah’ ilmu nya guru sampai-sampai melupakan proses pembelajaran. karenanya barokah ilmunya tersebut harus kita maknai bahwa Kebaikan yang diberikan oleh alloh kepada seorang guru semoga juga diberikan kepada santri/pelajar sehingga kebaikan tersebut bisa bertambah dan langgeng.
            Untuk mengejar kebaikan tersebut (barokah) dan supaya ilmunya bermanfaat tentunya juga harus didapatkan dengan cara-cara yang benar dan baik. salahsatu caranya adalah dengan membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang bisa merusakan niat kita dalam menuntut ilmu yaitu mengharap ridla dari alloh swt, sungguh-sungguh dalam belajar ,serta membuang jauh-jauh yang dapat merusak kebarokahan dan kemanfaatan ilmu.Mari kita renungkan Firman Alloh swt dalam surat al-Qaf ayat 37 yang artinya “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan (pelajaran) bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang mengkonsentrasikan pendengarannya, sedang dia menghadirkan (hati)nya”. Semoga bermanfaat. Wallohu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar