Oleh: Dra. Ani Fitriani Shobri
Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Pringsewu
Pembangunan bagian bawah Gedung PC. Nahdatul Ulama kabupaten
Pringsewu sudah mulai dikerjakan. Warga Nahdiyiin Nahdiyat mesti memiliki
tanggungjawab terhadap program ini. PC.Muslimat NU bahkan telah mendahului
dengan berbagai aksi sosial-keagamaan dan pada puncaknya berbarengan dengan
HARLAH Muslimat-NU ke 66 di Pondok Pesantren YASMIDA Ambarawa, telah launching
program aksi COIN SURGA , dengan membagikan 3000 tabungan bambu untuk
anggotanya, yang akan ditarik/disetor setiap semester. Tulisan ini saya maksudkan
untuk memotivasi warga Nahdiyiin khususunya Nahdiyat untuk lebih concern pada
program ini .
Dalam sebuah penelitian, Oprah Winfrey mengumpulkan sekitar 100
orang pada aggota club seni (seniman) yang dipimpinya untuk melakukan percobaan
sosial. Mereka diminta menyisihkan uang untuk menabung dengan mengambil sebagian uang yang biasa digunakan untuk rekreasi.
Tabungan tersebut kemudian diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Beberapa bulan kemudian, 100 orang tersebut dikumpulkan dan ditanya, apakah ada
yang berubah dalam kehidupan mereka? Jawaban mereka ternyata 79 persen
mengatakan “kami merasakan bahwa hidup ini terasa lebih bahagia
setelah berbagi kebahagiaan dengan orang lain”.
Saudaraku, Percobaan Oprah tadi merupakan suatu cara yang cerdas
dalam mendorong diri kita untuk menguji diri kita sendiri. Dan
sesungguhnya, memberikan infak atau sedekah adalah salah satu ujian terbaik,
karena ia merupakan perlawanan frontal pada egoisme, yakni sumber dari semua
sifat-sifat buruk. Memberi sama dengan mengorbankan kepentingan kita demi
kepentingan orang lain. Sebagai catatan bahwa : Al-Quran menyatakan bahwa di antara kebajikan itu (al-birr) adalah
menafkahkan harta yang kita cintai:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”
(QS. 3: 92).
Ikhwan dan Ukhti Fillah, Menguji diri kita
sendiri dengan menafkahkan sesuatu atau harta yang kita cintai, sejatinya sama
dengan ujian dari Allah Swt. Karena menafkahkan harta seolah seperti upaya
mempersulit diri, menjadikan kita relatif lebih miskin, lebih berkurang harta.
Seperti firman-Nya:
”Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sekadar ketakutan,
kelaparan, kekurangan/kehilangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikan
kabar gembira bagi orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang bila ditimpa
musibah, berkata: ’Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya
kepada-Nya jugalah kami akan kembali.’” (QS. 2 : 155)
Sebagian Mufassir katakan: ujian itu ada yang langsung dari
Alloh dan ada kalanya ujian yang kita rancang sendiri. Biasanya ujian yang kita
rancang sendiri seperti dalam contoh di atas tadi, bahwa ujian ini
cenderung berada dalam kendali kita dan kita (bisa) tidak terpaksa untuk
menjalankannya. Ini sebabnya, dalam tradisi kita diajarkan bahwa
sedekah adalah suatu cara menolak bala’. Jika kita bersedekah dan mau
memberikan apa yang kita cintai, maka Allah Swt. tidak harus menurunkan bala',
karena kita sudah menguji diri kita dengan cara menjalankan perintah-Nya; yakni
dengan menciptakan bala’ (ujian) untuk diri kita sendiri.
Dalam ajaran Islam, suatu peristiwa akan terjadi jika
persyaratan untuk beroperasinya hukum (sunnah) Allah Swt yang
menghasilkan kejadian itu telah terpenuhi. Misalnya, benda yang punya massa
akan jatuh kalau berada pada jarak tertentu dari permukaan bumi karena
beroperasinya gaya gravitasi-bumi. Roket yang memiliki massa, bisa naik karena memiliki hukum
kekekalan momentum yang melawan gravitasi. Hukum Allah Swt sebetulnya tidak
hanya ada di alam empiris ini. Tapi ada juga di alam lain yang disebut alam
al-amr, alam ruhani. Kedua alam itu masing-masing punya hukum sendiri, dan
bisa saling mempengaruhi. Nah, jika hukum alam empiris harusnya
menghasilkan suatu peristiwa, namun hukum alam al-amr beroperasi melawan
hukum alam empiris, maka bisa saja kejadian di alam empiris tidak terjadi.
Memang, yang bisa mempengaruhi hukum di alam al-amr itu, selain doa,
adalah sedekah.
Suadaraku, anda akan saya ajak ber-ilustrasi. Suatu kali
Rasulullah Saw bersama para sahabatnya berkumpul, kemudian lewatlah seorang
Yahudi. Lalu Rasulullah berkata, “Orang Yahudi ini sebentar lagi akan
meninggal”. Beberapa waktu kemudian, lewatlah orang Yahudi tadi dengan
membawa kayu bakar. Ternyata dia tidak meninggal seperti yang disampaikan
Rasulullah sebelumnya. Para sahabat pun bertanya-tanya. Rasulullah kemudian
memanggil orang Yahudi tersebut dan memintanya menurunkan serta membuka ikatan
kayu bakarnya. Setelah ikatan dibuka, tiba-tiba keluarlah ular berbisa.
Rasulullah Saw berkata, “Seharusnya kamu meninggal
dipatuk ular ini. Sebenarnya apa yang kamu lakukan?”. Orang Yahudi
berkata, “Dalam perjalanan mencari kayu, saya memberi sedekah kepada seorang
miskin yang kesulitan”. Rasulullah Saw berkata, “Sedekah itulah yang
menyelamatkanmu dari patukan ular berbisa”.
Ikhwan, Ukhti Fillah : Selayaknya, kita
tidak perlu menunggu ‘dipaksa’ oleh Allah Swt melalui kondisi yang sempit, yang
dengan kondisi tersebut kita merasa perlu untuk berbagi atau membantu orang
lain, sebagai jalan agar keluar dari kesempitan. Sebaliknya, kita perlu terus
mendidik diri kita dengan cara menguji diri kita, dalam bentuk berbagi (berbuat
kebajikan) dalam segala situasi.
Selamat berbagi dengan harta terbaik yang kita cintai,
sekaligus jalan meraih makna dan berkah kehidupan, melapangkan jalan dan
mendatangkan kebahagiaan dalam hidup kita, menghindarkan ujian dari Allah
Swt, serta menggapai kedekatan dengan dan kasih sayang-Nya.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa (melakukan
amal-amal yang dapat mendatangkan ridha Allah dan menjauhkan kita dari
murka-Nya), dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak
akan menyiapkan baginya jalan yang mudah” (Q.S. 92 : 5-7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar